Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan
dia baru saja lulus dari univ swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan
pada saat aku sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas 3 di
SMA-ku. SMAku di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Muki sedang
menemani adiknya yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat
itu Muki hanya melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan
sebelah.
Oh ya, sampai lupa memperkenalkan diri.
Perkenalkan nama panggilanku Maya. umurku 18 tahun (SMA kelas 3).
Tinggiku lumayan sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih.
Rambutku pendek sebahu, dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil juga. Sangat proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata
orang-orang aku sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum
mempunyai pacar. Aku anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan.
Kakak-kakakku semua sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling
kecil kelas dua SMP. OK dilanjut ya
Akhirnya pada saat istirahat siang,
inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan
tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira 3 hari
kemudian, Muki menelepon ke rumahku.
“Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Muki.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Muki mengajakku keluar
malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah
berani mengajakku keluar. Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.
“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
“Kenapa bisa begitu,” balas Muki.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
Kemudian aku memberikan alamat rumahku
di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Muki tidak begitu jauh dari
rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan
waktu bukan jarak.
Tepat hari sabtu sore, Muki datang
dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku. Setelah tiga puluh
menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah,
akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana.Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba
Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan
Jakarta Barat.
“May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Muki mesra.
“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”
“Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”
Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.”Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik.”
Dan Muki menarik tanganku hingga badanku
ikut tertarik, lalu Muki memelukku erat-erat dan mencium rambutku
hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki
sudah ada di depan mataku. Dan pelan-pelan Muki mencium bibirku.
Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium
seorang laki-laki. Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung
menarik badan Muki dan mencium bibirnya. Ciuman Muki sepertinya sudah
ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh..
betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba
sekitar dadaku.
“Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh
Muki karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang
akan terjadi berikutnya.
“May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop
kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Muki sepertinya sudah
sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar,
Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan
aku membiarkan tangan Muki meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih
ditutupi dengan baju.
Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May, kamu membuat nafsuku naik.”
“Aku juga Muk,” balasku manja.
Dan Muki menarik tanganku dan
mengarahkan tanganku ke arah penisnya. “Astaga,” pikirku. Ternyata
diluar dugaanku, penis Muki sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini. “Teruskan may, remas
yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Muki sudah
berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing
depan. Sehingga tidak terlalu susah untuk membukanya. Kebetulan aku
memakai BH yang dibuka dari depan.
Akhirnya tangan Muki berhasil meremas
susuku yang baru pertama kali ini dipegang oleh seseorang yang baru
kukenal. Muki meremasnya dengan lembut sekali dan sekali-kali Muki
memegang puting susuku yang sudah keras. “Teruskan Muk, aku enak
sekali..” Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya,
yang pada saat itu memakai celana kain. “Astaga,” pikirku sekali lagi,
tanganku dibimbing Muki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan
sesaat kemudian aku sudah meremas-remas penis Muki yang sangat besar.
Kami saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu. “Teruskan Muk, aku
enak sekali..” Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat.
Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa.
“Kita langsung pulang ya May sudah malam,” pinta Muki.
“Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
“Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali
mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun
rasanya tidak enak bila kukatakan pada Muki. Mudah-mudahan Muki mengerti
apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan
aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Muki
dengan nada gembira. Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat
di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Muki
menghentikan mobilnya, tiba-tiba Muki langsung menarik wajahku dan
mencium bibirku. Kelihatannya Muki begitu bernafsu melihat bibirku.
Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir
dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak
terbendung lagi.
Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya.
“May, aku ingin mencium susumu, bolehkan..”
Tanpa berkata sedikit pun aku membuka
kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua
gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang
sangat luas di depan mata Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan
bentuk bulatan yang ada di depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Muki.
“Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
“Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya
menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang
sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu
sejak lama. Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku
enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Muki untuk membuka reitsleting
celananya. Dan aku membukanya.
Kemudian Muki mengajak pindah tempat
duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di
belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah
dilepas oleh Muki dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung
di lenganku. Reitsleting celana Muki sudah terbuka dan tiba-tiba Muki
menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana
dalam Muki. Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali
penis Muki yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk
memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Muki
masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting
susuku.
“Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang penis
Muki. Dan sepertinya Muki makin bernafsu dengan permainan seksnya.
Akhirnya Muki sudah tidak tahan lagi.
“May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”
Sebenarnya aku masih bingung, tapi
karena penasaran apa yang dimaui Muki, maka aku menurut saja apa
permintaannya. Dan Muki merubah posisi duduknya, Muki menurunkan
kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Muki.
“Muk, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..”
“Langsung aja may, aku sudah tidak tahan..”
Aku langsung mengulum pelan-pelan
kepunyaan Muki. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap
dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku
kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati dengan lidahku. Dan sekali-kali
juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Muki. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke
bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Muki
aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.
Sekitar lima menit aku menikmati
permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menahan kepalaku dan menyuruhku
mengisap lebih kuat. “Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat,
aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Muki mengerang
keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Muki.
Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar,
aku tidak bisa melepaskan penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap
dan menyedot sperma yang keluar dari penis Muki.
Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin
terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan
kepalaku karena ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan
aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar
tertelan di mulutku. Dan Muki kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan
tangannya dari kepalaku.
“May, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”
“Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa May..”
Kemudian Muki mengambil cairan yang
terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun
memperhatikan kelakuan Muki. Dan Muki mengelus-elus susuku. Akhirnya jam
sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat
35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah
mengapa aku sangat sulit sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama
membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Muki
esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Muki yang besar dan
aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin
cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada pertemuan
panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam
yang sudah ditentukan, Muki menjemputku dan Muki membawaku ke suatu
tempat yang masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Muk,” tanyaku.
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”
“May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami keluar,
dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke
kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan
nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas
kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk
kapasitas dua orang.
“Maya, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Muki.
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”
“Aku setuju saja Muk, terserah kamu.”
Setelah makan siang, kami
ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di tempat tidur. “May,
kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju. Sebenarnya
inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan
berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya
satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya. Terlihat
sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Muki daripada malam
kemarin. Ternyata kepunyaan Muki lebih besar dari yang kubayangkan. Dan,
dalam sekejap Muki sudah terlihat bugil di depanku.
Muki memelukku erat-erat dan
membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Muki menarik
ke atas baju kaos ketat yang kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan
ikatan BH yang kupakai. Dan pelan-pelan tangan Muki mengelus susuku yang
sudah keras. Dan lama -kelamaan tangan Muki sudah mencapai reitstleting
celanaku dan membuka celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih
posisi berdiri, dan Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki
memandangku dari arah bawah. Sambil tangannya memeluk pahaku.
“May, bodi kamu bagus sekali.”
Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..” Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki.
Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..” Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki.
Kemudian Muki meniduriku yang sudah
tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada
batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan aku juga bebas
menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat
besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami
istri. Muki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Muki sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.
Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu
senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Muki sudah menjilati
klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku
dan tangan Muki sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku
rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan
kenikmatan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan jarinya ke
vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.
Akhirnya dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Muki.
“Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan,” pintaku.
Muki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku.
“May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya.”
“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”
“Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya.”
Lalu Muki melebarkan kakiku dan terlihat
jelas sekali punya Muki yang sangat besar sudah siap-siap untuk masuk
ke punyaku. Vaginaku sudah basah sekali. Dan kubimbing penis Muki agar
tepat masuk di lubang vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi
punyaku sepertinya sudah tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih
banyak nikmatnya yang kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali,
akhirnya punya Muki berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding
vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan
dan dorongan yang sangat keras dari penis Muki, membuat hari itu aku
sudah tidak perawan lagi. Muki membisikkan sesuatu di telingaku, “May,
kamu sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali. Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali. Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Muki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
“Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar.. keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan punya
Muki dan aku masih memeluk badan Muki. Walaupun udara di kamar itu
sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam
sembilan. Muki bisa sangat jelas mengisap punyaku. Dan kelihatan
kliotorisku yang sangat besar dan panjang.
“May punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
“Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
Aku terus mengisap punya Muki sementara
Muki terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali.
Penis Muki yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk
melawannya. Dan permainan mulut Muki di vaginaku juga membuatku
benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin
kuakhiri.
“Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”
“Tahan sebentar May, aku juga mau keluar..”
Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi.
Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan
oh.. ternyata Muki ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali
lagi Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit,
tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang
besar.
“Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi,” desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”
“Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“May… aku keluar..”
“Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Muk… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Muki
yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam
dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan
yang luar biasa. Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa
diukur.
“May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Muk…”
“Ia Muk…”
Tidak lama kemudian, Muki membersihkan cairan spermanya di vaginaku.
“May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Muk..” jawabku singkat.
“Iya Muk..” jawabku singkat.
Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar
mandi kami melakukannya sekali lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai
dua kali. Sekali keluar pada saat Muki menjilati vaginaku dan sekali
lagi pada saat Muki memasukkan penisnya ke vaginaku. Muki pun mengalami
hal yang sama.
Sorenya kami melakukannya sekali lagi.
Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar,
tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar
biasa. Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau
berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah
keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Muki hanya 3
kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Muki sudah 7 kali.
Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari
penginapan. Padahal jika dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja
aku sudah melepaskan keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang
hubunganku dengan Muki bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk
memuaskan nafsu saja. Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang
sangat pulas sesampainya di rumah. Besoknya aku harus sekolah seperti
biasa dan tentunya dengan perasaan senang dan ingin melakukannya
berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal 20, aku datang bulan. Dan
kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku masih dapat. Aku langsung
menelepon Muki sepulang dari sekolah.
“Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..”
“Iya May… syukurlah…”
“Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk..”
Dan, ternyata kami bisa melakukannya di
mana saja. Kadang aku mengisap penis Muki sambil Muki menyetir mobil
yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Muki keluar yang
tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Muki
memainkan vaginaku. Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium
bibir Muki, tapi aku mengisap kepunyaan Muki sebelum turun dari mobil,
hanya sekitar 2 menit, Muki sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada
sisa-sisa aroma sperma di mulutku.
Di tiap pertemuan kami berdua selalu
saling mengeluarkan. Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya
kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap
hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Muki langsung
mengajakku ke penginapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar